PENDAHULUAN
Identitas buku
Judul : Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru
Pengarang : La Rose dan Upi Tuti Sundari
Tahun Terbit : 1999 (cetakan kedua)
Tebal Halaman : 179 halaman
Deskripsi Ringkas Isi
Buku
Melihat
iklim stabilitas yang rapuh, tak cukup hanya ditangani dengan perangkat nti
kerusuhan. Harus dari akarnya, yakni segera megnadakan konsolidasi sebagai
berikut : Para sesepuh TNI, dan TNI yang
sekarang, Masyarakat Sipi atau Madani, Mahsiswa, kaum perempuan, ikut
memikirkan jalan keluar yang terbaik. Kehadiran pemimpin harus tetap
diperhitungkan untuk mempersatukan visi bangsa Indonesia. Namun kenyataannya yang
muncul terhadap pemimpin adalah dendam kesumat, saling menghujat, dan menuduh,
lebih banyak merusak daripada memberikan jalan keluar. Penyelamatan pun harus segera dimulai khususnya dari
bidang social budaya. Misalnya:
A. Pendidikan
Semua anak sekolah,
remaja putra-putri, dari sejak Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah
Atas dibebaskan (tidak perlu membayar) uang sekolah. Dalam arti kata, semua
anak-anak Pegawai negeri Sipil, Militer dan rakyat Indonesia lainnya. Mereka yang
merasa mapu, dan merasa terpanggil menyumbangkan uang mereka dan mereka sendiri
yang membentuk kelompok-kelompok ikut menangani masalah social budaya ini.
Dalam arti kata, jika mereka mampu, tidak perlu mengambil kesempatan ini.
Sehingga kegiatan ini sejak semula mrenjadi kegiatan Masyarakat Madani. Juga
perlengkapan sekolah yang paling mendasar, buku tulis, pensil semuanya
diberikan secara cuma-Cuma, perpustakaan digiatkan, sehingga kebutuhan rujukan
(reference) terpenuhi. Radio dan televsi menyediakan siaran pendidikan.
B. Kesehatan
Pengobatan dibebaskan,
peran PUSKESMAS lebih ditingkatkan, dengan cara antara lain:
1. Mengadakan
dapur umum disetiap tempat rawan pangan dan cermat mendatanya, sehingga busung
lapar dapat teratasi.
2. Rumah
sakit dibagi menjadi dua bagian, mereka yang sakit setelah agak sembuh
dipindahkan ke rumah penyembuhan.
3. Gembel,
anak jalanan, semua ditampung di beberapa lokasi, diberikan pendidikan
pelatihan, keterampilan, kemanusiaan sebagai missal bertanggungjawab untuk
dirinya sendiri, maka dia harus bangun, mandi pada jam-jam yang sudah
ditentukan dan kemampuan teknis. Antara lain, menyapu, membersihkan lingkungan
di mana ia berada. Memasak di dapur umum, dilakukan secara terus menerus,
dikondisikan sehingga menjadi kebiasaan. Dilakukan dengan disiplin. Untuk
menanamkan disiplin, antara lain diberikan latihan baris-berbaris seperti
latihan militer. Dilakukan juga kegiatan kesenian. Seperti menyanyi, berikan
alatalat tulis dan menggambar, juga olahraga. Melakukan semuanya ini dengan
terkoordinasi, antara Departemen Sosial, kesehatan, dan pendidikan. TNI, Polisi
harus tegas dalam bertugas. Toleransi sabar, jangan sampai diartikan sebagai
lemah dan takut seperti yang dialami sekarang ini.
Dari segi pembiayaan,
kegiatan di atas tentu akan memakan dana yang tidak sedikit, akan tetapi jika
hal tersebut tidak segera dilaksanakan atau ditangguliangi dengan cara-cara
serupa yang lain, maka akan memakan dana yang lebih mahal.
MEWUJUDKAN OTONOMI MENUJU INDONESIA BARU
Otonomi
daerah adalah mewujudkan peran serta langsung masyarakat dalam pembangunan.
Otonomisasi daerah, terkait dengan masyarakat miskin yang sedang dalam tahapan
penyelamatan. Sebagai contoh, anak jalanan, remaja, dan kaum yang disebut
gembel.
Penyelamatan
akan mengambil masa kurang lebih tiga tahun, kemudian harus sudah mengarah pada
penyembuhan dan dilanjutkan pemikiran kea rah pengembangan. Masyarakat yang
ditempatkan pada daerah transmigrasi, adalah juga bagian dari perwujudan
otonomisasi, yakni pemberdayaan daerah dan transmigrasi.
Oleh
karena itu, seharusnya diikutsertakan pula mereka yang terkena Putus Hubungan
Kerja (PHK), yang sudah dilatih, dididik menjadi pendidik, sebagai agen informasi
dan perubahan.
EKONOMI
Industry
hulu dan hilir mutlak harus diadakan. Badan usaha Milik Negara (BUMN) harusnya
diberdayakan secara professional. Melakukan juga fungsi sosialnya. Sebagai
missal meproduksi apa-apa saja yang dibutuhkan oleh rumah sakit, bidang
pendidikan, serta kebutuhan lainnya, walau hal itu tidak memberikan keuntungan
pada BUMNnya, namun setidaknya dapat memberdayakan unsure lain seperti yang
disebut di atas tadi. Selama ini memang BUMN memberikan sisa keuntungan
sebanyak 2-5% untuk masyarakat pedagangg kecil.
Misalnya
pembuat pabrik pensil tidak menguntungkan, maka BUMN yang mebuatnya dan
diberikan secara gratis kepada anak-anak sekolah.
Ekonomi rakyat,
memberdayakan tani dan nelayan, membangun wisata pantai dan perkampungan nelayan
serta wisata agro. Budayakan peran koperasi, yang sudah banyak dirancang oleh
masyarakat Madani.
STABILITAS
Militer
yang ditempatkan di setiap propinsi, sebisa mungkin orang yang berasal dari
propinsi itu sendiri, sedikitnya atasan/pimpinannya sehingga memahami juga
budaya local. Intel harus professional, bukan intel yang transparan.
POLITIK – AGAMA
Pendidikan
politik sejak dini sudah digiatkan , dalam arti kata pendidikan politik yang
berkisar pada kecintaan pada tanah air, melalui pelajaran kisah-kisah sejarah
perjuangan bangsa.
Pendidikan
agama, berperan utama dengan dibarengi pendidikan budi pekerti. Maka agama
adalah wadah dimana dikembangkan pengertian adanya kesatuan, karena justru
adanya agama kita menjadi manusia yang beradab.
Bertoleransi,
dimaksudkan untuk tidak saling menjegal meinlak saling menghormati. Biasakan
hidup dalam perbedaan-perbedaan.
REFORMASI BUDAYA PANGAN
Diferifikasikan
pangan, sehingga bangsa Indonesia
tidak akan lagi terpuruk soal perut (beras). Pengkodisian kebiasaan pangan
dikoordinasikan dengan social budaya.
MERDEKA YANG HAKIKI
Krisis
yang kita alami membuat kita sadarkan diri, untuk tidak menggantungkan nasib
kita keada bangsa lain. Ini berarti pakar ekonomi kita harus berpikir lain dari
yang sebelumnya. Sebagai contoh, tidak lagi menggantungkan diri pada dollar
Amerika, mengapa tidak mulai dengan dollar Indonesia? (bukankah ada dollar
Singapura, dollar Brunei,
dollar Malaysia).
Ternyata bantuan luar negeri bukan membuat kita sejahtera, kita harus kembali
pada asal (back to basic).
MODAL SENDIRI
Negeri
kita luas, marilah kita kembangkan peternak sapi, kambing, darinya kita jadikan
pabrik susu dan menghilangkan ketergantungan susu impor, mentega dan keju.
Kalau kita mampu membuat kapal terbang, masa iya tidak bisa membuat susu,
mentega dan keju?
Terdengar
begitu mudah pemecahannya, memang begitulah seperti yang dikemukakan para ahli
piker, “Apabila anda tidak dapat menemukan jalan keluar, kembali ke asal, maka
anda akan menemukannya. When you can not
find the answer, go back to the basic, and you find it”.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Kita
boleh saja kehilangan segala-galanya, kecuali harapan. Ada sebuah kisah:
“Seseorang menelepon temannya dan
menyampoaikan keluh kesah. Katanya, saya kehilangan segala-galanya, rumah kami
dibakar perusuh…. Kami kehilangan segala-galanya. Temannya bertanya, Anda masih
mempunyai harapan? Jawabnya masih, Anda masih mempunyai keyakinan? Jawabnya
masih, anda masih mempunyai cinta? Jawabnya masih. Itu artinya anda masih
mempunyai segala-galanya, kata temannya”.
Hal
inilah yang harus kita miliki, harapan, keyakinan, dan cinta. Tantangan yang
kita hadapi adalah membangun suasana, manusia Indonesia baru yang mempunyai rasa
tanggungjawab, kecintaan kepada nusa dan bangsa. Sehingga terbina masyarakat
yang bertanggungjawab untuk berperan serta lebih baik, efektif, efisien dalam
mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Terjadi
semangat kebersamaan, ‘satu untuk semua,
semua untuk satu”, tidak lagi dibayangi oleh kecemburuan sektoral antar
departemen dan kementrian yang mengakibatkan tidak adanya sinergitas.
Kebersamaan
adalah dasar untuk membangun solidaritas menghadapi berbagai ancaman, tantangan
dan gangguan pembangunan nasional.
Indonesia baru
dengan otonomisasi daerah, adalah terwujudnya peran serta masyarkat secara
aktif dan konstruktif. Semangat kebersamaan untuk menanggulangi kemiskinan dan
dampak krisis, serta mewujudkan keadilan social yang dilandasi oleh upaya
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Apapun
yang sedang terjadi, KKN sampai kepada penyelewengan lainnya, walau semua itu
tentu memang perlu diperbaiki. Tapi jangan sampai kita terbenam untuk
seterusnya, lalu melupakan atau mengabaikan dalam melihat bahwa di muka bumi
kita sedang berlangsung “perpecahan” Negara kesatuan kita sedang dipecah-belah.
PEMBAHASAN
Sebuah ulasan
tentang gambaran umum keadaan nyata dari Indonesia serasa sangat nyata pula
oleh pembaca. Berbagai konflik yang sampai saat ini masih dapat dirasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan suatu kesalahan, namun kesalahan siapa? Saya pun tak dapat
menyimpulkan. Akan tetapi siapapun yang salah ini merupakan tanggungjawab kita
bersama selaku waraga Negara Indonesia
yang baik.
Kecintaan
terhadap tanah air sangatlah diperlukan. Karena akan berdampak pada sikap yang
akan kita ambil, mulai dari diri sendiri hingga perkembangannya pada sikap
masyarakat global.
Setelah
membaca buku yang berjudul “Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru”
sedikitnya mata saya telah terbuka bahwa keberadaan perempuan khususnya memiliki
posisi tawar yang tinggi dilihat dari segala sudut.
Saya
mendapatkan kebanggaan tersendiri ketika saya membaca buku karya “La Rose dan
Upi Tuti Sundari ini. Bagaimana tidak, seorang perempuan memiliki gagasan dan
ide-ide kreatif tentang kebangsaan.
Menilai Indonesia
tidak hanya berdasarkan kepada satu kepentingan semata. Hal ini terlihat dari
cara penulis menuangkan pemikirannya. Penggunaan sejarah lisan adalah
salah satu upaya untuk mengakomodir kepentingan mereka yang tersingkir, mereka
yang tidak punya akses pada pencatatan sejarah secara tertulis.
Pendokumentasian sejarah seringkali merupakan sebuah keistimewaan yang dimiliki
oleh kelompok sosial dominan, penguasa (bangsa penjajah, pemerintah otoriter,
kelas menengah-atas dan terdidik, dan sebagainya). Sedangkan mereka yang
menjadi korban seringkali tidak berani menceritakan sejarah yang dialaminya.
Hal inilah yang seringkali terjadi pada para korban tragedi kemanusiaan yang
dilakukan oleh para penguasa.
Sejarah Lisan ini juga menjadi penting dan perlu
dikembangkan mengingat dalam budaya tertentu seperti budaya timur, masyarakat
tidak terdidik, budaya lisan seringkali tidak populer. Hal ini menjadi lebih
signifikan ketika teknologi perekaman audio (dan visual) semakin mudah
digunakan dengan adanya revolusi digital. Upaya membuat film dokumenter terkait
dengan kesaksian korban-korban G30S misalnya adalah salah satu contohnya.
Buku ini secara keseluruhan berupaya memperkenalkan secara
populer kepada pembaca bagaimana ilmu sejarah sesungguhnya dapat berperan
sebagai alat pembebasan dari kungkungan masa lalu, tanpa terikat pada kekuasaan
kelompok sosial dominan tertentu. Bahwa sejarah bukan sekedar cerita dari para
pemenang dan penguasa, tetapi juga dapat berfungsi sebagai cerita dari mereka
yang kalah dan menjadi korban, dari mereka yang telah terkooptasi oleh sebuah
rezim.
Memahami latar belakang historis dan
konseptual Pancasila dan UUD1945
merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelummelaksanakan nilai-nilainya dalam khidupan bermasyarakat,
berbangsa, danbernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal
dan konsekuensilogis dalam kedudukan kita
sebagai warga negara.Karena kedudukan Pancasilasebagai dasar negara
(filsafat negara), maka setiap warga negara wajib loyalkepada dasar negaranya. Pancasila dan
GlobalisasiDengan memahami aspek-aspek tersebut, diharapkan peserta
didik dapat menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkaraktersebagaimana diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD ‘45.
Buku
ini banyak mengetengahkan persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat
kontemporer. Di dalamnya terdapat masalah politik, birokrasi, kemasyarakatan,
ekonomi, hingga persoalan kultural.
Menyampaikan persoalan yang terjadi dalam masyarakat tidak
harus dilakukan dengan gaya
yang serius ataupun "berat". Gaya
yang sederhana dan penuh seloroh dapat juga digunakan agar pesan dapat lebih
mudah dikomunikasikan.
Problema utama historiografi ialah subjektivitas. Inilah
menyebabkan historiografi cenderung tampil sebagaimana diinginkan oleh
penulisnya dengan mengabaikan evidensi-evidensi objektif.
Cara memandang peristiwa sejarah yang keliru, orientasi
penulisan yang sentralitis, serta berbagai tarikan kepentingan, cenderung
menghasilkan sebuah sejarah yang mistifikatif. Oleh karena itu, pelurusan
sejarah menjadi sesuatu yang tidak boleh dihindari.
Kelebihan
:
Kelebihan buku ini
ialah gaya penulisannya
yang santai dan tanpa kesan menggurui. Meskipun di sana-sini acap muncul
terminologi pemasaran maupun periklanan, buku ini tetap dapat dikonsumsi secara
ringan bagi siapa saja.
Gaya
"bercerita" yang digunakan, membuat buku lebih dari sekadar menyampaikan
kisah, melainkan juga seakan mengajak kita berjalan-jalan di taman komunikasi
pemasaran yang dipenuhi kuncup-kuncup kreativitas.
Pembaca seperti diajak
untuk merenungkan kembali, apakah adat harus dipertahankan meskipun di satu
sisi terjadi dehumanisasi. Ataukah harus dilakukan reinterpretasi agar tradisi
tetap kontekstual? seakan diprlihatkan adanya dimensi metafisika yang
misterius. Kemisteriusan ini yang mendorong manusia untuk merenungkan kembali
adanya kehidupan lain setelah kematian. Bahkan Sunaryono seperti ingin
menyadarkan pembaca bahwa hakikat kehidupan di dunia adalah misteri.
Kelemahan
:
Buku ini seharusnya
menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya di indoensia. Mendidik bukan sekadar
menabungkan ide atau gagasan secara sistematis, melainkan memberikan bekal
kepada mereka untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
KESIMPULAN
Indonesia baru,
menjadi dambaan kita bersama. Namun indoensia baru yang bagamana? Menjaqwab
pertanyaan ini dengan sendirinya kita menyentuh bangsa dan Negara, keadaan
social, budaya, ekonomi dan politik.
Pollitik
pada hakekatnya adalah perjalanan panjang, perjuangan yang tak pernah ada
akhirnya, selalu dalam pencapaian. Pada zaman klasik Yunani, politik selalu
menekankan pada kebajikan, kebaikan, keadilan dalam berbagai aspek, serta
hubungan antara warga Negara dengan Negara.
Karena
itu, masyarakat, orang, juga penguasa Negara dibedakan dari makhluk lain. Pada
dasarnya, baik atau buruknya Negara tergantung pada kesadaran ertika politik
warganya. Politik sekarang di zaman modern tentu berbeda dengan politik era
klasik.
Kecintaan terhadap tanah air sangatlah
diperlukan. Karena akan berdampak pada sikap yang akan kita ambil, mulai dari
diri sendiri hingga perkembangannya pada sikap masyarakat global.
Salah satu hal yang
disampaikan alam buku ini adalah insight, yakni informasi yang diterima oleh
seorang praktisi komunikasi pemasaran untuk menentukan formulasi ataupun bentuk
komunikasi yang paling tepat.
Bagi penulis buku ini,
insight adalah hal yang harus terus digali jika menginginkan sebuah komunikasi
yang efektif. Semakin kaya insight yang dimiliki, semakin mudah formulasi
komunikasi dibentuk.
Lalu bagaimana insight
didapat? Dengan mencermati dan mengamati segala hal yang terjadi di sekitar.
Kecenderungan komunitas tertentu dalam berperilaku, pola golongan tertentu
dalam menggunakan uangnya, hingga culture trend di kalangan kelompok
masyarakat, merupakan insight yang dapat dicermati di lingkungan.
Insight yang kaya dan
berwarna tidak mungkin didapat hanya dengan melakukan perenungan di kamar
ataupun melakukan perdebatan di dalam ruang meeting, namun seseorang harus
melangkah keluar dan melihat fenomena yang ada.
Praktisi komunikasi
tidak bisa tinggal diam, ia harus terus mencari, melihat semua gejala,
merumuskan persoalan, melakukan simplifikasi realitas sehingga dapat melakukan
komunikasi yang tidak hanya efektif, melainkan yang dapat menularkan kebaikan.
Mengapa kebaikan?
Karena banyak kegiatan komunikasi pemasaran yang dianggap mendorong orang untuk
konsumtif, melakukan pemborosan, bahkan menipu. Akibatnya perlu dilakukan
sebuah upaya untuk mengubah persepsi ini. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan menebarkan kebaikan lewat program komunikasi pemasaran yang dilakukan.
Buku ini berupaya
mendorong pembaca untuk menangkap peristiwa-peristiwa sederhana yang seringkali
luput dari pengamatan. Alasannya, peristiwa tersebut merupakan sumber insight
yang tidak pernah kering untuk dieksplorasi.
Setelah
membaca buku yang berjudul “Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru”
sedikitnya mata saya telah terbuka bahwa keberadaan perempuan khususnya
memiliki posisi tawar yang tinggi dilihat dari segala sudut.
Saya
mendapatkan kebanggaan tersendiri ketika saya membaca buku karya “La Rose dan
Upi Tuti Sundari ini. Bagaimana tidak, seorang perempuan memiliki gagasan dan
ide-ide kreatif tentang kebangsaan.