Halaman

Kamis, 28 Juni 2012

Malu Aku Pada Kaderku "PMII"






Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dahulu pernah terucap sebuah janji, bahwa bersama-sama kita akan memberantas kebodohan dan kemalasan dengan cara sering mengadakan kajian-kajian. Banyak dari mereka yang berkuasa mengatakan bualan tanpa tindakan. Setiap kejadian sudah tentu memiliki hikmah tersendiri. Aku sendiri menganggap bahwa mereka tidak pernah bermaksud untuk mengumbar janji saja. Hanya ternyata fakta berkata lain.
Para aktivis muda yang tergabung dalam Pengurus Rayon Pergerakkan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (PR. PMII FKIP Setia Budhi) khususnya angkatan MAPABA tahun 2011. Merindukan dan menagih pergerakan kepada para pendahulunya.
Sebut saja Sirojudin, Ririn, Yudi dan Roni ingin sekali menggali ilmu tentang administrasi di PMII. Dari mulai surat menyurat sampai pembuatan proposal. Nurani pergerakkanku terenyuh, haru dan malu ketika Sirojudin sms “kang sini kajian...”
Walau hanya dihadiri Sirojudin, Roni, Ririn, Rini, Dede Rahmatullah, Choirul Anam, dan saya, kajian syukur alhamdulillah berjalan. Walau tidak banyak yang dibahas, sahabat-sahabat hanya sempat mengkaji sedikit tentang surat-menyurat. Rayon PMII FKIP Setia Budhi tetap semangat.
Namun ada salah satu kader bernama Ririn, merasa kesal dan jemu, karena sudah menunggu terlalu lama. Di luar itu, aku masih melihat sinar pergerakkan dari mata sahabat-sahabatku itu. Kajian yang berlangsung kurang lebih hanya 90 menit setidaknya meninggalkan bekas ilmu yang semoga bermanfaat.
Ada pekerjaan rumah yang Sekretaris Umum Komisariat PMII Setia Budhi berikan kepada peserta kajian yaitu:
Membuat Kembali Surat tentang kegiatan yang sudah diberikan kepada mereka; dan
Membuat DESKRIPSI tentang kegiatan yang sudah diberikan, serta hasilnya diterbitkan ke GRUP facebook PK. PMII SETIA BUDHI.
Satu kesimpulan yang aku raih dari kajian pada Rabu, 27 Juni 2012 kemarin, yaitu : “Bahwa mencari jarum di tumpukkan jerami itu tidaklah sulit”.
“Berjuanglah PMII berjuang, marilah kita bina persatuan.....”
Wallahul muafieq illa akwamithorieq
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Minggu, 24 Juni 2012

Dan Tuhan pun Melukis Cinta Padaku

Tuhan,
Kembali ku mengadu pada-Mu

Ku ikhlaskn semua yg Kau curahkan padaku

Hinaku
Brengsekku
Dan buramku

Duniaku tak sepenuhnya tuk diri-Mu, ku akui itu.

Bahkan langkah2 kaki seribu pun Kau yg tentukan.

Ikhlaskn padaku Allah. 'wahai Sang Penguasa'

Tuhan, Inilah Proposal Hidupku

Satu nafas yang terbukti terhela dalam hidup
ku isi dengan buaian nan indah......
Tuhan, nernagai rincian telah ku selipkan dalam sembahku...
semua detik hela nafas, serta peluh keringat, engkau saksikan...
seluruh pemikiran telah kau ketahui......
TUHAN, INILAH PROPOSAL HIDUPKU.....
yang ku tak tahu sampai kapan akan ku jalani.
hingga aku buat laporan pertanggungjawabanku kelak.....

DILEMA

saku itu kini penuh
semakin penuh dengan antek-antek

saku itu kian dalam
semakin dalam dengan jahitan negeri orang

buku itu mulai usang
semakin usang dengan rak yang tak terawat

aku butuh setumpuk bulu ayam
aku butuh setumpuk serabut kelapa

kemudian akan ku rawat semua yang kian tertinggal
terkikis sinis tanpa kritik konstruktif

DASI HITAMKU "KUPU-KUPU"

Mengait rapih dalam kerah...
Membungkus topeng yg amis bkn kepalang...
Dasi hitamku kupu-kupu yg ku larang terbang...
Banyak guna kau ku penjara di leherku...
Karenamu mereka tak neko-neko untuk show idiot di hadapanku...
Hingga penuh sudah bawah kasurku...

Karenamu ku punya tugas rumahan . . .
"membeli tmpt tdr bru agar punya bwh kasur lain'y..."

upzzt.kcplosan.crett

Aku Ingin Engkau Gauli

Astagfirullah....
Nafas-Nya di tubuhku terasa berat
Langkah-Nya terasa tek tahu jalan

Astagfirullah...
Engkau ingin apa atas diriku
Aku milik-Mu
Gauli aku dengan gaya-Mu yang "khas"

Cara-Mu dulu gauli aku
buat aku kini rindu
Aku tak berharap Engkau abaikan aku

Aku ingin Engkau gauli
Hingga aku dapat merasakan kemesraan-Mu
Dalam alam akhir pandangan mata

Lagi NGACO


Disertai cahaya mentari, kini aku seakan mengerti bahwa panas bukanlah cahaya...
namun aku selalu ingin mengerti, mengapa cahaya itu panas????

Kamis, 07 Juni 2012

Resensi Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru


PENDAHULUAN

Identitas buku
Judul                           : Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru
Pengarang                   : La Rose dan Upi Tuti Sundari
Tahun Terbit               : 1999 (cetakan kedua)
Tebal Halaman           : 179 halaman

Deskripsi Ringkas Isi Buku
            Melihat iklim stabilitas yang rapuh, tak cukup hanya ditangani dengan perangkat nti kerusuhan. Harus dari akarnya, yakni segera megnadakan konsolidasi sebagai berikut : Para sesepuh TNI, dan TNI yang sekarang, Masyarakat Sipi atau Madani, Mahsiswa, kaum perempuan, ikut memikirkan jalan keluar yang terbaik. Kehadiran pemimpin harus tetap diperhitungkan untuk mempersatukan visi bangsa Indonesia. Namun kenyataannya yang muncul terhadap pemimpin adalah dendam kesumat, saling menghujat, dan menuduh, lebih banyak merusak daripada memberikan jalan keluar.            Penyelamatan pun harus segera dimulai khususnya dari bidang social budaya. Misalnya:

A.    Pendidikan
Semua anak sekolah, remaja putra-putri, dari sejak Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas dibebaskan (tidak perlu membayar) uang sekolah. Dalam arti kata, semua anak-anak Pegawai negeri Sipil, Militer dan rakyat Indonesia lainnya. Mereka yang merasa mapu, dan merasa terpanggil menyumbangkan uang mereka dan mereka sendiri yang membentuk kelompok-kelompok ikut menangani masalah social budaya ini. Dalam arti kata, jika mereka mampu, tidak perlu mengambil kesempatan ini. Sehingga kegiatan ini sejak semula mrenjadi kegiatan Masyarakat Madani. Juga perlengkapan sekolah yang paling mendasar, buku tulis, pensil semuanya diberikan secara cuma-Cuma, perpustakaan digiatkan, sehingga kebutuhan rujukan (reference) terpenuhi. Radio dan televsi menyediakan siaran pendidikan.

B.    Kesehatan
Pengobatan dibebaskan, peran PUSKESMAS lebih ditingkatkan, dengan cara antara lain:
1.     Mengadakan dapur umum disetiap tempat rawan pangan dan cermat mendatanya, sehingga busung lapar dapat teratasi.
2.     Rumah sakit dibagi menjadi dua bagian, mereka yang sakit setelah agak sembuh dipindahkan ke rumah penyembuhan.
3.     Gembel, anak jalanan, semua ditampung di beberapa lokasi, diberikan pendidikan pelatihan, keterampilan, kemanusiaan sebagai missal bertanggungjawab untuk dirinya sendiri, maka dia harus bangun, mandi pada jam-jam yang sudah ditentukan dan kemampuan teknis. Antara lain, menyapu, membersihkan lingkungan di mana ia berada. Memasak di dapur umum, dilakukan secara terus menerus, dikondisikan sehingga menjadi kebiasaan. Dilakukan dengan disiplin. Untuk menanamkan disiplin, antara lain diberikan latihan baris-berbaris seperti latihan militer. Dilakukan juga kegiatan kesenian. Seperti menyanyi, berikan alatalat tulis dan menggambar, juga olahraga. Melakukan semuanya ini dengan terkoordinasi, antara Departemen Sosial, kesehatan, dan pendidikan. TNI, Polisi harus tegas dalam bertugas. Toleransi sabar, jangan sampai diartikan sebagai lemah dan takut seperti yang dialami sekarang ini.
Dari segi pembiayaan, kegiatan di atas tentu akan memakan dana yang tidak sedikit, akan tetapi jika hal tersebut tidak segera dilaksanakan atau ditangguliangi dengan cara-cara serupa yang lain, maka akan memakan dana yang lebih mahal.

MEWUJUDKAN OTONOMI MENUJU INDONESIA BARU
            Otonomi daerah adalah mewujudkan peran serta langsung masyarakat dalam pembangunan. Otonomisasi daerah, terkait dengan masyarakat miskin yang sedang dalam tahapan penyelamatan. Sebagai contoh, anak jalanan, remaja, dan kaum yang disebut gembel.
            Penyelamatan akan mengambil masa kurang lebih tiga tahun, kemudian harus sudah mengarah pada penyembuhan dan dilanjutkan pemikiran kea rah pengembangan. Masyarakat yang ditempatkan pada daerah transmigrasi, adalah juga bagian dari perwujudan otonomisasi, yakni pemberdayaan daerah dan transmigrasi.
            Oleh karena itu, seharusnya diikutsertakan pula mereka yang terkena Putus Hubungan Kerja (PHK), yang sudah dilatih, dididik menjadi pendidik, sebagai agen informasi dan perubahan.

EKONOMI
            Industry hulu dan hilir mutlak harus diadakan. Badan usaha Milik Negara (BUMN) harusnya diberdayakan secara professional. Melakukan juga fungsi sosialnya. Sebagai missal meproduksi apa-apa saja yang dibutuhkan oleh rumah sakit, bidang pendidikan, serta kebutuhan lainnya, walau hal itu tidak memberikan keuntungan pada BUMNnya, namun setidaknya dapat memberdayakan unsure lain seperti yang disebut di atas tadi. Selama ini memang BUMN memberikan sisa keuntungan sebanyak 2-5% untuk masyarakat pedagangg kecil.
            Misalnya pembuat pabrik pensil tidak menguntungkan, maka BUMN yang mebuatnya dan diberikan secara gratis kepada anak-anak sekolah.
Ekonomi rakyat, memberdayakan tani dan nelayan, membangun wisata pantai dan perkampungan nelayan serta wisata agro. Budayakan peran koperasi, yang sudah banyak dirancang oleh masyarakat Madani.

STABILITAS
            Militer yang ditempatkan di setiap propinsi, sebisa mungkin orang yang berasal dari propinsi itu sendiri, sedikitnya atasan/pimpinannya sehingga memahami juga budaya local. Intel harus professional, bukan intel yang transparan.

POLITIK – AGAMA
            Pendidikan politik sejak dini sudah digiatkan , dalam arti kata pendidikan politik yang berkisar pada kecintaan pada tanah air, melalui pelajaran kisah-kisah sejarah perjuangan bangsa.
            Pendidikan agama, berperan utama dengan dibarengi pendidikan budi pekerti. Maka agama adalah wadah dimana dikembangkan pengertian adanya kesatuan, karena justru adanya agama kita menjadi manusia yang beradab.
            Bertoleransi, dimaksudkan untuk tidak saling menjegal meinlak saling menghormati. Biasakan hidup dalam perbedaan-perbedaan.

REFORMASI BUDAYA PANGAN
            Diferifikasikan pangan, sehingga bangsa Indonesia tidak akan lagi terpuruk soal perut (beras). Pengkodisian kebiasaan pangan dikoordinasikan dengan social budaya.

MERDEKA YANG HAKIKI
            Krisis yang kita alami membuat kita sadarkan diri, untuk tidak menggantungkan nasib kita keada bangsa lain. Ini berarti pakar ekonomi kita harus berpikir lain dari yang sebelumnya. Sebagai contoh, tidak lagi menggantungkan diri pada dollar Amerika, mengapa tidak mulai dengan dollar Indonesia? (bukankah ada dollar Singapura, dollar Brunei, dollar Malaysia). Ternyata bantuan luar negeri bukan membuat kita sejahtera, kita harus kembali pada asal (back to basic).

MODAL SENDIRI
            Negeri kita luas, marilah kita kembangkan peternak sapi, kambing, darinya kita jadikan pabrik susu dan menghilangkan ketergantungan susu impor, mentega dan keju. Kalau kita mampu membuat kapal terbang, masa iya tidak bisa membuat susu, mentega dan keju?
            Terdengar begitu mudah pemecahannya, memang begitulah seperti yang dikemukakan para ahli piker, “Apabila anda tidak dapat menemukan jalan keluar, kembali ke asal, maka anda akan menemukannya. When you can not find the answer, go back to the basic, and you find it”.


HASIL YANG DIHARAPKAN
            Kita boleh saja kehilangan segala-galanya, kecuali harapan. Ada sebuah kisah:
            “Seseorang menelepon temannya dan menyampoaikan keluh kesah. Katanya, saya kehilangan segala-galanya, rumah kami dibakar perusuh…. Kami kehilangan segala-galanya. Temannya bertanya, Anda masih mempunyai harapan? Jawabnya masih, Anda masih mempunyai keyakinan? Jawabnya masih, anda masih mempunyai cinta? Jawabnya masih. Itu artinya anda masih mempunyai segala-galanya, kata temannya”.
            Hal inilah yang harus kita miliki, harapan, keyakinan, dan cinta. Tantangan yang kita hadapi adalah membangun suasana, manusia Indonesia baru yang mempunyai rasa tanggungjawab, kecintaan kepada nusa dan bangsa. Sehingga terbina masyarakat yang bertanggungjawab untuk berperan serta lebih baik, efektif, efisien dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
            Terjadi semangat kebersamaan, ‘satu untuk semua, semua untuk satu”, tidak lagi dibayangi oleh kecemburuan sektoral antar departemen dan kementrian yang mengakibatkan tidak adanya sinergitas.
            Kebersamaan adalah dasar untuk membangun solidaritas menghadapi berbagai ancaman, tantangan dan gangguan pembangunan nasional.
            Indonesia baru dengan otonomisasi daerah, adalah terwujudnya peran serta masyarkat secara aktif dan konstruktif. Semangat kebersamaan untuk menanggulangi kemiskinan dan dampak krisis, serta mewujudkan keadilan social yang dilandasi oleh upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
            Apapun yang sedang terjadi, KKN sampai kepada penyelewengan lainnya, walau semua itu tentu memang perlu diperbaiki. Tapi jangan sampai kita terbenam untuk seterusnya, lalu melupakan atau mengabaikan dalam melihat bahwa di muka bumi kita sedang berlangsung “perpecahan” Negara kesatuan kita sedang dipecah-belah.


PEMBAHASAN

            Sebuah ulasan tentang gambaran umum keadaan nyata dari Indonesia serasa sangat nyata pula oleh pembaca. Berbagai konflik yang sampai saat ini masih dapat dirasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu kesalahan, namun kesalahan siapa? Saya pun tak dapat menyimpulkan. Akan tetapi siapapun yang salah ini merupakan tanggungjawab kita bersama selaku waraga Negara Indonesia yang baik.
            Kecintaan terhadap tanah air sangatlah diperlukan. Karena akan berdampak pada sikap yang akan kita ambil, mulai dari diri sendiri hingga perkembangannya pada sikap masyarakat global.
            Setelah membaca buku yang berjudul “Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru” sedikitnya mata saya telah terbuka bahwa keberadaan perempuan khususnya memiliki posisi tawar yang tinggi dilihat dari segala sudut.
            Saya mendapatkan kebanggaan tersendiri ketika saya membaca buku karya “La Rose dan Upi Tuti Sundari ini. Bagaimana tidak, seorang perempuan memiliki gagasan dan ide-ide kreatif tentang kebangsaan.
Menilai Indonesia tidak hanya berdasarkan kepada satu kepentingan semata. Hal ini terlihat dari cara penulis menuangkan pemikirannya.  Penggunaan sejarah lisan adalah salah satu upaya untuk mengakomodir kepentingan mereka yang tersingkir, mereka yang tidak punya akses pada pencatatan sejarah secara tertulis. Pendokumentasian sejarah seringkali merupakan sebuah keistimewaan yang dimiliki oleh kelompok sosial dominan, penguasa (bangsa penjajah, pemerintah otoriter, kelas menengah-atas dan terdidik, dan sebagainya). Sedangkan mereka yang menjadi korban seringkali tidak berani menceritakan sejarah yang dialaminya. Hal inilah yang seringkali terjadi pada para korban tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh para penguasa.
Sejarah Lisan ini juga menjadi penting dan perlu dikembangkan mengingat dalam budaya tertentu seperti budaya timur, masyarakat tidak terdidik, budaya lisan seringkali tidak populer. Hal ini menjadi lebih signifikan ketika teknologi perekaman audio (dan visual) semakin mudah digunakan dengan adanya revolusi digital. Upaya membuat film dokumenter terkait dengan kesaksian korban-korban G30S misalnya adalah salah satu contohnya.
Buku ini secara keseluruhan berupaya memperkenalkan secara populer kepada pembaca bagaimana ilmu sejarah sesungguhnya dapat berperan sebagai alat pembebasan dari kungkungan masa lalu, tanpa terikat pada kekuasaan kelompok sosial dominan tertentu. Bahwa sejarah bukan sekedar cerita dari para pemenang dan penguasa, tetapi juga dapat berfungsi sebagai cerita dari mereka yang kalah dan menjadi korban, dari mereka yang telah terkooptasi oleh sebuah rezim.
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan UUD1945 merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelummelaksanakan nilai-nilainya dalam khidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan konsekuensilogis dalam kedudukan kita sebagai warga negara.Karena kedudukan Pancasilasebagai dasar negara (filsafat negara), maka setiap warga negara wajib loyalkepada dasar negaranya. Pancasila dan GlobalisasiDengan memahami aspek-aspek tersebut, diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkaraktersebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD ‘45.
Buku ini banyak mengetengahkan persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat kontemporer. Di dalamnya terdapat masalah politik, birokrasi, kemasyarakatan, ekonomi, hingga persoalan kultural.
Menyampaikan persoalan yang terjadi dalam masyarakat tidak harus dilakukan dengan gaya yang serius ataupun "berat". Gaya yang sederhana dan penuh seloroh dapat juga digunakan agar pesan dapat lebih mudah dikomunikasikan.
Problema utama historiografi ialah subjektivitas. Inilah menyebabkan historiografi cenderung tampil sebagaimana diinginkan oleh penulisnya dengan mengabaikan evidensi-evidensi objektif.
            Cara memandang peristiwa sejarah yang keliru, orientasi penulisan yang sentralitis, serta berbagai tarikan kepentingan, cenderung  menghasilkan sebuah sejarah yang mistifikatif. Oleh karena itu, pelurusan sejarah menjadi sesuatu yang tidak boleh dihindari.

Kelebihan :
Kelebihan buku ini ialah gaya penulisannya yang santai dan tanpa kesan menggurui. Meskipun di sana-sini acap muncul terminologi pemasaran maupun periklanan, buku ini tetap dapat dikonsumsi secara ringan bagi siapa saja.
Gaya "bercerita" yang digunakan, membuat buku lebih dari sekadar menyampaikan kisah, melainkan juga seakan mengajak kita berjalan-jalan di taman komunikasi pemasaran yang dipenuhi kuncup-kuncup kreativitas.
Pembaca seperti diajak untuk merenungkan kembali, apakah adat harus dipertahankan meskipun di satu sisi terjadi dehumanisasi. Ataukah harus dilakukan reinterpretasi agar tradisi tetap kontekstual? seakan diprlihatkan adanya dimensi metafisika yang misterius. Kemisteriusan ini yang mendorong manusia untuk merenungkan kembali adanya kehidupan lain setelah kematian. Bahkan Sunaryono seperti ingin menyadarkan pembaca bahwa hakikat kehidupan di dunia adalah misteri.

Kelemahan :
Buku ini seharusnya menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya di indoensia. Mendidik bukan sekadar menabungkan ide atau gagasan secara sistematis, melainkan memberikan bekal kepada mereka untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

KESIMPULAN
            Indonesia baru, menjadi dambaan kita bersama. Namun indoensia baru yang bagamana? Menjaqwab pertanyaan ini dengan sendirinya kita menyentuh bangsa dan Negara, keadaan social, budaya, ekonomi dan politik.
            Pollitik pada hakekatnya adalah perjalanan panjang, perjuangan yang tak pernah ada akhirnya, selalu dalam pencapaian. Pada zaman klasik Yunani, politik selalu menekankan pada kebajikan, kebaikan, keadilan dalam berbagai aspek, serta hubungan antara warga Negara dengan Negara.
            Karena itu, masyarakat, orang, juga penguasa Negara dibedakan dari makhluk lain. Pada dasarnya, baik atau buruknya Negara tergantung pada kesadaran ertika politik warganya. Politik sekarang di zaman modern tentu berbeda dengan politik era klasik.
Kecintaan terhadap tanah air sangatlah diperlukan. Karena akan berdampak pada sikap yang akan kita ambil, mulai dari diri sendiri hingga perkembangannya pada sikap masyarakat global.
Salah satu hal yang disampaikan alam buku ini adalah insight, yakni informasi yang diterima oleh seorang praktisi komunikasi pemasaran untuk menentukan formulasi ataupun bentuk komunikasi yang paling tepat.
Bagi penulis buku ini, insight adalah hal yang harus terus digali jika menginginkan sebuah komunikasi yang efektif. Semakin kaya insight yang dimiliki, semakin mudah formulasi komunikasi dibentuk.
Lalu bagaimana insight didapat? Dengan mencermati dan mengamati segala hal yang terjadi di sekitar. Kecenderungan komunitas tertentu dalam berperilaku, pola golongan tertentu dalam menggunakan uangnya, hingga culture trend di kalangan kelompok masyarakat, merupakan insight yang dapat dicermati di lingkungan.
Insight yang kaya dan berwarna tidak mungkin didapat hanya dengan melakukan perenungan di kamar ataupun melakukan perdebatan di dalam ruang meeting, namun seseorang harus melangkah keluar dan melihat fenomena yang ada.
Praktisi komunikasi tidak bisa tinggal diam, ia harus terus mencari, melihat semua gejala, merumuskan persoalan, melakukan simplifikasi realitas sehingga dapat melakukan komunikasi yang tidak hanya efektif, melainkan yang dapat menularkan kebaikan.
Mengapa kebaikan? Karena banyak kegiatan komunikasi pemasaran yang dianggap mendorong orang untuk konsumtif, melakukan pemborosan, bahkan menipu. Akibatnya perlu dilakukan sebuah upaya untuk mengubah persepsi ini. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menebarkan kebaikan lewat program komunikasi pemasaran yang dilakukan.
Buku ini berupaya mendorong pembaca untuk menangkap peristiwa-peristiwa sederhana yang seringkali luput dari pengamatan. Alasannya, peristiwa tersebut merupakan sumber insight yang tidak pernah kering untuk dieksplorasi.
            Setelah membaca buku yang berjudul “Pandangan Perempuan Tentang Indonesia Baru” sedikitnya mata saya telah terbuka bahwa keberadaan perempuan khususnya memiliki posisi tawar yang tinggi dilihat dari segala sudut.
            Saya mendapatkan kebanggaan tersendiri ketika saya membaca buku karya “La Rose dan Upi Tuti Sundari ini. Bagaimana tidak, seorang perempuan memiliki gagasan dan ide-ide kreatif tentang kebangsaan.