Halaman

Jumat, 12 Juli 2013

Kenangan Itu...




Untukmu
yang dulu
mengisi ruang di hati ini

ketika pertama kulihat dirimu, satu keyakinan timbul dalam diri. Entah apa itu, aku pun tak mengerti. Namun, apapun itu, telah membuat cahya yang begitu terang. Dalam gelapnya jiwa ini.

Tapi kini, s’galanya telah berubah. Jiwa ini kembali meredup. Saat kudengar kau telah dengan yang lain. Kini ku hanya dapat berharap. S’moga kau bahagia dengannya.

Kini, ku ingin hidup dalam terangnya cahya kasih sayang orang-orang di sampingku. Terimakasih untuk semua senyum indahmu.

1 Juni



Tepat pada tanggal 1 juni kita memperingati hari ditetapkannya Pancasila sebagai azas bangsa dan negara Indonesia. Dasar pijakan awal hidup berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akhir-akhir ini kita di risaukan dengan berbagai pemberitaan yang sangat mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai media cetak dan elektronik memberitakan hal yang kurang menyenangkan tentang lunturnya semangat kebersamaan, gotong royong, keterbukaan, kepedulian dan kejujuran. Yang semua itu adalah jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pancasila.
Pemahaman yang berbeda dalam implementasi semangat ini disebabkan karena hilangnya pedoman yang sama, tidak di akuinya simbol-simbol kebangsaan dan pedoman berbangsa dan bernegara yang telah lama kita kenal yaitu Pancasila, tidak optimalnya pelaksanaan program pemerintah yang di rancang dengan baik namun tidak sesuai dengan yang di rencanakan. Kerisauan ini mengerucut pada tidak dilaksanakannya Pancasila sebagai dasar Negara, ideologi bangsa Indonesia.
Kerisauan ini menggambarkan seakan kita kehilangan pedoman, kehilangan arah, kehilangan harapan. Padahal dalam kenyataannya kita masih memiliki potensi, harapan dan peluang untuk membangun bangsa. Menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpandang, disegani dan bermartabat di dunia. Kerisauan ini mungkin disebabkan karena sebagian masyarakat belum menyadari hakikat hidup yang sebenarnya, yaitu mensyukuri rahmat Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Di sisi lain kerisauan bisa di pahami karena dari fakta dilapangan.