Halaman

Senin, 30 April 2012

Tertera Makna Mantra Nafas

Biji jagung tidak mungkin berubah menjadi biji duren, walaupun tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Aku memandang itu sebagai suatu yang sakral namun mungkin dapat terelakkan oleh permainan kata-kata.

Memiliki kebun yang tiba-tiba dapat subur dan panen serta tiba-tiba dapat rusak dan tandus menjadikan hidup tidak lagi dapat dikatakan simple. Kebutuhan batiniyah / rohaniyah memiliki hukum wajib untuk dipenuhi.

di antara kecambah jagung itu
aku menggali lubang untuk menanam pisang
layaknya pak tani yang hilang arah

di antara pak tani dan kebunnya
aku menghentakkan kaki tiga kali
memanggil panglima kumbang penguasa alam khayal

Panglima kumbang, panglima kumbang, panglima kumbang
datanglah......... aku butuh bantuanmu

selamat dan selimut hidup kadang tak jauh berbeda
kebunku dan kebun pak tani berdampingan
aku tanam kacang
dia tanam pisang

aku menendang pisang
dia tersenyum
aku bersiul memanggil burung
dia meringis kesakitan

aku bingung
aku bangun...!!!

melamun dan bergumam
"Inikah hidup???"

Jika kawan-kawan bingung dalam membaca tulisanku ini, maka aku mungkin lebih bingung ketika membuat tulisan ini. Sebuah tanggungjawab yang tak henti menghinggapi pundak membuatku tak pernah henti mencuat dalam kebaikanku serta keburukan mereka.

Aku pernah mendengar seseorang berkata di depan warung. "Apa yang akan kamu beli nak?"

..............?????????Makna Mantra Nafas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar