Alkisah
di sebuah negeri, sebut saja negeri itu “Endos” didapati seorang bocah sedang
duduk terdiam tanpa bergerak di pinggir rel kereta meminggul sebuah karung yang
gendut. Ketika itu, langit nampak hijau dengan sinar matahari yang tidak begitu
terik.
Sebuah
negeri yang tidak begitu luas, aku melihat banyak perbedaan begitu menjadi
perhatian. Orang pengkor itu menggaruk-garukkan pantatnya di aspal jalan raya
tengah kota sambil menggendong boneka lusuh berbentuk mirip lutung kasarung serya
berkata: “ku garuk-garukkan pantat
muliaku ini demi lutung kasarung yang sedang gatal di atas sana. Mungkin karena
pantatnya bosan duduk dikursi empuk dan dingin atau mungkin karena koreng itu
sudah menjalar sampai pantat lutung kasarung, hahahahaha....!!!”. sisi lain
aku melihat manusia hitam manis berdasi kupu-kupu sedang berpidato membahas
tuntas tentang keadaan Endos yang indah nan nyaman.
Aku
pejamkan mata ini dan ku tulikan telinga bangsat ini, karung ini aku turunkan.
Beratnya tak seberapa, namun tanggungan ini begitu sakit terasa di hati. Ku
buka lagi mataku memperhatikan karung gendut di depanku. Ingin ku buka dan ku
lemparkan isinya, hingga lutung kasarung itu berhenti bicara, karena suaranya
memekikkan telinga orang pengkor yang membuat ia semakin bersemangat
meneriakkan bait-bait harapannya hingga aku tak kuasa untuk tidur di rel kereta
ini sampai entah kapan.
Isi
dalam karung itu aku dapat dari manusia pemakai dasi kupu-kupu sesaat setelah
ku hakimi dia dalam kesatuan rakyat Endos. Karung ini memang lusuh dan tak
berdasi, namun isi karung ini dapat mengantarkan aku masuk dalam gedung
kementrian Endos.
Tiba-tiba
orang pengkor menghampiriku, dia membawa korek api dan serta merta membakar
habis karung itu. Aku hanya dapat diam hingga akhirnya tertidur pulas di atas
rel kereta.
Oleh : Za’far Ash
Shodieq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar