Halaman

Jumat, 17 Agustus 2012

IMALA AKSI PENYADARAN DAN PENCERDASAN BANGSA











Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Lebak (IMALA) tampil sebagai satu-satunya Organisasi Kepemudaan (OKP) yang hadir pada saat Upacara 17 Agustus di Alun-alun kota Rangkasbitung. Sebuah fenomena mereka tunjukkan dalam upacara tersebut. Bagaimana tidak, peserta upacara berpenampilan beda dari yang lain. Berkaoskan hitam yang berisikan seruan moral tentang Pancasila, bercelanakan levis, dan yang lebih uniknya lagi mereka tidak memakai alas kaki.
Sekertaris Umum IMALA, Deden Awaludin mengemukakan bahwa tidak memakai alas kaki bukan berarti tidak menghargai prosesi upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, namun kami mencoba untuk flashback. Bahwasanya dahulu para pejuang pun tidak pernah mengeluh walaupun tidak memakai alas kaki dalam usahanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sedangkan  Berkaos hitam sebagai symbol kesedihan kami. Kami turut berduka cita atas terjadinya kesalahan Bangsa yang terus berlanjut sampai hari ini.
Selesai mengikuti prosesi upacara, mereka membagikan pernyataan seruan moral tentang Bangsa Indonesia. Tidak berhenti sampai disitu, mereka berjalan menuju gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak. Suasana yang sepi tidak membuat mereka mengurungkan niat untuk sekedar membaca puisi di dalam ruang rapat paripurna itu. Bapak-bapak polisi yang mengawal kegiatan ini secara langsung menjadi saksi bahwa hari itu IMALA tidak diam dan menggerutu saja di belakang. Pembacaan puisi oleh saudara Majid berlangsung secara khidmat, usai membaca puisi mereka langsung “balik kanan maju jalan” tanpa banyak bicara lagi.
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Lebak (IMALA) mengambil sikap tegas atas terjadinya akumulasi sejarah.
Pengakuan atas informasi yang keliru yang kini banyak di konsumsi oleh hampir seluruh rakyat Indonesia dengan menyatakan bahwa Hari Ulang Tahun Republik Indonesia diperingati pada tanggal 17 Agustus bukan pada tanggal 18 Agustus.
“Mengikuti upacara hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah sebagai wujud manivestasi organisasi mahasiswa (IMALA) dalam rangka mengajak semua elemen masyarakat agar sadar akan kemerdekaan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Pembacaan puisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dilaksanakan seusai upacara di dalam gedung paripurna DPRD, merupakan seruan moral, seruan kemerdekaan bagi semua insane di tanah air pertiwi ini. Khususnya bagi mereka sebagai pemangku amanah, pemangku kebijakan, dalam mensejahterakan kehidupann berbangsa, bernegara dan bertanah air. Sekali merdeka tetap merdeka, juangmu ta’kan terhenti ta’kan mati” demikian pernyataan yang dikemukakan oleh Ketua Umum IMALA, Ajat Sudrajat.
Kelumit antara bangsa dan Negara sangat jarang disikapi dengan serius. “Proses penyadaran dan pencerdasan bangsa sudah sejak lama kami lakukan, dengan membagikan statement atau pernyataan dalam bentuk tulisan kepada siapapun yang kami jumpai. Hal ini dilakukan atas dasar yang jelas dan dengan harapan seluruh elemen masyarakat dapat mengetahui dan memahami bahwasanya ketika sejarah yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang ada. Maka disintegrasi bangsa ada di depan mata sedang melebarkan tangan hendak memeluk kita” begitu tegas koordinator lapangan yang biasa akrab dipanggil Bang Feri Hermawan SE.

Sadar, sabar, berani, berjuang ….

Salam: Za’far Shodiq (Sekretaris PK. IMALA Setia Budhi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar