Halaman

Rabu, 07 November 2012

Jeritan Kota Rangkasbitung



Sangsakala kehidupan terkadang terdengar berbunyi di kesunyian malam dan di tengah ramainya kesibukan kota Rangkasbitung. Beberapa orang terkadang mencuri perhatian sang penguasa, kemudian melacurkan dirinya layaknya kucing pojokan. Nanti, seperti dalam sebuah sinetron mereka bersandiwara dan menangis seperti kumpulan remaja yang baru merasakan puberitas.

Berbangga diri dalam kancah risau
Serta merta kedipkan mata demi kepuasan
Kota Rangkasbitung seakan hidup
Dengan pojok-pojok yang remang dan ramai
Dengan senyum kuning birokrasi

Kota rangkasbitung seakan berkawan
Dengan ulama yang menangis dan tertawa
Dengan pelacur yang tertawa kemudian menangis
Dengan aktivis yang tertidur pulas dan bingung untuk melangkah
Dengan mereka yang tidak tahu di ketahuannya

Kota rangkasbitung harusnya berbahagia
Karena sudah mendongkrak jeritan para priyayi
Karena sudah sukses mencipta berbagai kandang
Harimau, macan kumbang, singa, ulat, monyet serta ikan di lautan
Berhasil jinak dengan umpan-umpan hijau merah
Tersenyum sudah dalam nyenyaknya mimpi mereka

Dong-dong-dalindong
Memacu keringat memicu tenaga
Kekompakan yang tak terelakkan
Melawan jeritan nurani

Senin, 05 November 2012
Za’far Ash Shodieq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar